Sabtu, Juli 5

Kelompok Wanita Tani (KWT): Pemberdayaan Perempuan dalam Ketahanan Pangan

Q-KOKO. SITE Sabtu 10 Mei 2025

Penulis : Wawan Hidayat

               (Ketua DPD JPKP Tubaba)

  1. Pengertian KWT
    Kelompok Wanita Tani (KWT) adalah kelompok perempuan di desa yang berkumpul secara sukarela untuk berorganisasi dalam kegiatan pertanian dan usaha tani. KWT menjadi wadah pemberdayaan perempuan untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
    Dasar Hukum Pembentukan KWT:
    UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian.
  2. Permentan No. 82/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
  3. Perpres No. 59 Tahun 2017 (SDGs), terutama tujuan 2 (Tanpa Kelaparan) dan 5 (Kesetaraan Gender).
  4. Permentan No. 18/2018 tentang Pedoman KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari).

Tujuan KWT

  1. Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pertanian.
  2. Mengembangkan ekonomi keluarga melalui usaha tani dan olahan hasil.
  3. Memanfaatkan lahan pekarangan untuk kemandirian pangan.
  4. Menjadi sarana belajar, bertukar ilmu, dan mempererat solidaritas sosial.

Kegiatan Umum KWT

  1. Budidaya sayuran, TOGA (Tanaman Obat Keluarga), dan ternak kecil.
  2. Pengolahan hasil pertanian (keripik, jamu, makanan ringan).
  3. Kegiatan pelatihan: pembuatan pupuk organik, hidroponik, dll.
  4. Arisan, simpan-pinjam, dan koperasi mini sebagai bentuk dukungan modal.
  5. Partisipasi dalam lomba desa, bazar, dan pameran UMKM.

Keanggotaan KWT
Terbuka bagi seluruh perempuan desa, bersifat sukarela dan demokratis.
Idealnya 10–30 orang per kelompok.
Pengurus dipilih secara musyawarah mufakat oleh anggota.

Analisis Keberhasilan KWT

Faktor Pendukung Keberhasilan

  1. Kepemimpinan yang Aktif dan Inspiratif
    Ketua KWT yang energik dan visioner mampu menggerakkan anggotanya secara konsisten.
  2. Pendampingan dari Penyuluh Pertanian dan Lembaga Terkait. Pendampingan teknis dan motivasi dari Dinas Pertanian, PKK, dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) menjadi kunci penting.
  3. Akses Bantuan dan Pelatihan
    KWT yang aktif mendapat bantuan bibit, peralatan, pelatihan, dan akses pasar dari pemerintah.
  4. Solidaritas Sosial Tinggi
    Kekompakan dan semangat gotong royong antar anggota memperkuat keberlangsungan program.

Contoh Keberhasilan
Beberapa KWT berhasil memasarkan produk olahan secara online, meraih penghargaan desa, bahkan menjadi penggerak ekonomi desa dengan membuka warung pangan murah atau mini agrowisata.

Analisis Kegagalan KWT

Akar Masalah dan Penyebab Kegagalan

  1. Kegiatan Tidak Konsisten / Tidak Berkelanjutan Banyak KWT hanya aktif saat awal atau saat ada bantuan proyek, lalu vakum.
  2. Minimnya Pendampingan Lanjutan Setelah pelatihan awal, tidak ada evaluasi atau pendampingan lanjutan dari dinas atau penyuluh.
  3. Kepemimpinan Pasif dan Tidak Demokratis Ketua yang kurang aktif atau dominan sendiri menyebabkan anggota pasif dan jenuh.
  4. Kurangnya Literasi Kewirausahaan Anggota tidak dibekali cukup ilmu manajemen usaha, pemasaran, dan pembukuan.
  5. Ketergantungan pada Bantuan KWT yang hanya menunggu bantuan tanpa inisiatif mandiri mudah bubar saat bantuan berhenti.
  6. Keterbatasan Akses Pasar Produk olahan tidak laku karena tidak memiliki branding, kualitas belum standar, atau tidak tahu cara memasarkan.

Solusi dan Rekomendasi

  1. Pelatihan Berjenjang dan Pendampingan Rutin Perlu sistem pelatihan berkelanjutan dan monitoring oleh penyuluh.
  2. Penguatan Manajemen KWT Latih anggota tentang organisasi, kepemimpinan, dan tata kelola kelompok.
  3. Kembangkan Kemitraan Gandeng BUMDes, koperasi, dan UMKM sebagai mitra pemasaran.
  4. Digitalisasi Pemasaran Ajari anggota menggunakan media sosial, marketplace, dan e-commerce.
  5. Penghargaan dan Insentif Beri insentif bagi KWT aktif seperti hibah alat produksi, pelatihan ke luar daerah, atau promosi produk.

Penutup
Kelompok Wanita Tani (KWT) adalah ujung tombak ketahanan pangan dan pemberdayaan perempuan di desa. Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh semangat anggota, kepemimpinan, pendampingan, serta dukungan berkelanjutan. Namun, tanpa sistem yang kuat dan kemandirian, banyak KWT gagal berkembang. Maka, penguatan kapasitas, manajemen, dan akses pasar adalah kunci utama menjadikan KWT sebagai motor penggerak ekonomi desa yang sesungguhnya.