Jumat, Juli 4

Jejak Peradaban Kuno Ditemukan di Tiyuh Gedung Ratu, Sejarawan dan Warga Dorong Pelestarian Situs

Tulang Bawang Barat, q-koko.site – Sejumlah barang kuno seperti pecahan gerabah, keramik Tiongkok dan Eropa, serta benda-benda logam ditemukan oleh masyarakat di Tiyuh Gedung Ratu, Kecamatan Tulangbawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Temuan ini memicu perhatian akademisi dan tokoh lokal, yang mendorong pelestarian serta penggalian lebih lanjut atas jejak peradaban masa lampau di wilayah tersebut.

Kepalo Tiyuh Gedung Ratu, Juaini Bandarsyah, mengatakan temuan ini merupakan sinyal kuat adanya jejak peradaban kuno yang diperkirakan berusia lebih dari 1.000 tahun. “Ini sangat penting untuk kita gali sebagai bagian dari memori kolektif masa lalu. Harapan kami, pemerintah daerah bisa bersinergi menghadirkan para arkeolog agar penelitian sejarah di Tiyuh Gedung Ratu bisa dilanjutkan,” ujar Juaini, Minggu (15/6/2025).

Dukungan Akademisi: Hidupkan Kembali Memori Peradaban

Dari sisi akademik, Kian Amboro, dosen sejarah dari Universitas Muhammadiyah Metro, menyatakan dukungan penuh terhadap pelestarian sejarah lokal Tulang Bawang. Ia menyebut bahwa upaya riset arkeologis sebelumnya sudah dilakukan sejak 1998 hingga 2012, namun belum banyak ditindaklanjuti secara serius.

“Sayang sekali riset itu berhenti hanya pada laporan. Padahal, ini bisa jadi fondasi narasi sejarah penting. Kami berencana membuka kembali laporan-laporan lama dan membangun narasi sejarah yang utuh dan ilmiah,” jelas Kian, didampingi tim akademisi Deni Ardiansyah dan Arman.

Kian menegaskan pentingnya pelibatan lintas pihak, termasuk pemerintah, akademisi, komunitas, dan masyarakat.

“Sejarah adalah identitas. Untuk menghidupkannya, bisa dilakukan melalui penulisan buku, festival budaya, atau konservasi situs. Tapi kami tidak bisa bekerja sendiri, peran pemerintah sangat vital,” ujarnya.

Temuan Bernilai Sejarah dan Cerita Lokal

Salah satu lokasi penting adalah Umbul Lebung, yang berada di perbatasan antara Tiyuh Gedung Ratu dan Panaragan. Tokoh adat setempat, Khoiri Rujungan, menjelaskan bahwa lokasi ini menyimpan banyak jejak leluhur, seperti keramik kuno dan struktur bekas pemukiman tua.

“Di sini dulunya berdiri benteng dan parit pertahanan seperti di Tulung Sawo dan jurang Puting Gelang. Ada juga makam keramat leluhur seperti Minak Ratu Guruh Malai dan para prajuritnya,” ujarnya.

Khoiri juga menyebut bahwa masyarakat menyimpan tradisi lisan mengenai leluhur yang disebut sebagai Muyang Minak Ratu Guruh Malai, yang wilayah jelajahnya membentang dari hulu hingga hilir sungai, bahkan sampai ke Laut Jawa.

Temuan lainnya termasuk makam tokoh Cina, makam Belanda yang dikenal sebagai Mr. Sis, serta situs penting lainnya seperti Keramat Gemol yang tercatat dalam peta kolonial Belanda tahun 1915, 1930, dan 1942.

Dorongan Fasilitas Infrastruktur Penunjang

Menanggapi potensi sejarah yang besar ini, Edyson, Kepalo Tiyuh Panaragan, bersama Juaini, meminta perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk membangun infrastruktur dasar.

“Kami berharap pemerintah bisa membangun akses jalan dan jembatan di Umbul Lebung sebagai penghubung antara Gedung Ratu dan Panaragan. Ini penting untuk mendukung kegiatan riset dan wisata sejarah,” ujar Edyson.

Kegiatan penelusuran di lapangan ini diikuti oleh akademisi, tokoh adat, kepalo tiyuh, serta masyarakat setempat, sebagai bentuk sinergi awal dalam menggali dan menjaga warisan sejarah yang tersembunyi di tanah Lampung.(Red)