
Bandar Lampung, q-koko.site
Oleh: Kang WeHa
Bagi orang Lampung, makan seruit tanpa sambal tempoyak itu seperti pantun tanpa rima—tetap bisa dinikmati, tapi kehilangan ruhnya. Dua elemen kuliner ini seperti saudara kembar yang tak bisa dipisahkan. Dan bagi kami, yang lahir dari pertemuan dua budaya besar: Sai Batin dan Pepadun, seruit adalah simbol dari keakraban, dari kebersamaan yang tidak dibuat-buat.
📜 Sepiring Sejarah, Seruput Kenangan
Seruit, dalam istilah lokal, berarti “makan bersama.” Tradisi ini dulu tumbuh di tengah-tengah masyarakat Lampung saat panen tiba, atau saat keluarga besar berkumpul untuk acara adat. Lauknya sederhana: ikan sungai yang dibakar atau digoreng, lalapan daun singkong dan terong, serta sambal sebagai pelengkap utama.
Dan di antara segala jenis sambal, tempoyak lah rajanya.
Tempoyak dibuat dari durian matang yang difermentasi beberapa hari hingga aromanya kuat, bahkan cenderung menyengat bagi yang belum terbiasa. Tapi begitu dicampur cabai rawit, garam, gula, dan sedikit perasan jeruk kunci, sambal tempoyak menjadi senjata pamungkas untuk menggugah selera. Pedas, asam, manis, dan “nendang” di lidah.
👩🍳 Ritual Dapur yang Tak Pernah Mati
Aku tumbuh di rumah kayu berdinding papan, dengan dapur yang selalu harum oleh ikan bakar dan suara desis wajan sambal. Setiap akhir pekan, kami anak cucu dikumpulkan oleh nenek, lalu makan seruit bersama. Tidak ada piring pribadi, hanya satu nampan besar di tengah dan tangan-tangan yang berebut lalapan.
“Seruit itu bukan soal kenyang,” kata nenekku. “Tapi soal rasa yang dibagi-bagi.”
Kini, di tengah padatnya kota dan cepatnya hidup, aku tetap meluangkan waktu untuk menyambal tempoyak sendiri. Karena seruit bukan sekadar makanan—ia adalah cara untuk pulang, walau hanya sebentar.
🧭 Rekomendasi Rumah Makan Kampung Autentik Seruit & Sambal Tempoyak
Kalau kamu ingin mencicipi seruit asli ala kampung, ini dia beberapa tempat yang patut kamu kunjungi:
1. Rumah Makan Kampoeng Bambu – Natar, Lampung Selatan
Lokasi sejuk, suasana pedesaan, dan ikan bakarnya dijamin fresh! Sambal tempoyaknya khas banget—pakai tempoyak fermentasi sendiri.
Rekomendasi: Seruit ikan baung + sambal tempoyak + lalapan mentimun & jantung pisang.
2. Pondok Santap Lestari – Metro Kibang
Hidden gem di kawasan pedesaan Lampung Timur. Gaya makannya lesehan, dan kamu bisa seruit ramai-ramai ala keluarga.
Rekomendasi: Seruit ikan nila asap + sambal tempoyak jeruk kunci.
3. Dapoer Selera Ibu – Sukarame, Bandar Lampung
Meskipun di kota, citarasa kampungnya terasa banget. Tempoyaknya punya rasa asam khas yang pas dan tak terlalu menyengat.
Rekomendasi: Seruit paket komplit (ikan, sambal tempoyak, gulai taboh).
🎯 Penutup: Saat Rasa Menjadi Bahasa
Bagi perantau seperti aku, seruit dan sambal tempoyak bukan hanya cita rasa—mereka adalah bahasa. Bahasa kerinduan, bahasa kenangan, bahasa warisan yang terus hidup lewat uap nasi, bunyi ulekan, dan cengkerama di atas meja makan.
Jadi, kalau suatu hari kamu mampir ke tanah Lampung, jangan cuma cari kopi atau pisang goreng. Duduklah di rumah makan sederhana, pesan seruit lengkap sambal tempoyak, dan biarkan lidahmu belajar satu kata paling penting dari Bumi Ruwa Jurai: “nyeruit”—karena makan paling nikmat adalah yang dibagi.”