Sabtu, September 6

Puisi dan Cerpen

CERPEN “Harapan di Ladang yang Terlupakan”

CERPEN “Harapan di Ladang yang Terlupakan”

Puisi dan Cerpen
Puisi Karya Kang weha Cerpen, Q-koko.site - "Harapan di Ladang yang Terlupakan" Pak Seno duduk di bangku kayu reyot di teras rumahnya, menatap hamparan ladang jagung yang dulu hijau subur, kini mulai menguning kering dan retak-retak. Tangan keriputnya mengusap peluh yang menetes di dahi, sementara suara burung malam mulai mengisi udara desa yang sunyi. Di sampingnya, Sari, istrinya, sedang menenun di atas kursi anyaman, sesekali melirik ke suaminya. “Pak, aku dengar di televisi mereka bilang ada program subsidi pupuk dan bantuan alat pertanian. Kata mereka, tahun ini semua petani akan lebih sejahtera,” ujarnya pelan. Pak Seno menghela napas panjang, “Itu janji lama, Bu. Janji yang kadang datang seperti angin lalu, dan hilang tak berbekas.” Matanya menatap jauh ke jalan desa yang berlub...
PUISI – “Ode untuk Hi. Bachtiar Basri”

PUISI – “Ode untuk Hi. Bachtiar Basri”

Puisi dan Cerpen
PELITA YANG TAK PERNAH PADAM Karya Kang WehaDalam senyap yang membungkam langit,Kau terbang, melintasi cakrawala sunyi,Meninggalkan dunia yang fana dengan segala luka dan harap,Bachtiar, namamu kini menjadi bisu yang berteriak dalam jiwa. Kau adalah angin yang menghempas bara,Menerangi gelap dengan keteguhan yang tak pernah padam,Di pangkuan Lampung, kau titipkan janji dan doa,Mengukir nasib di pelupuk mata rakyat yang menanti. Kini, bumi meratap dalam duka yang dalam,Langkahmu terhenti, namun gema suaramu tetap mengalir,Seperti sungai yang tak pernah lelah mengalir ke samudra,Begitulah jiwa besarmu mengalir dalam nadi kami.Tak ada kata yang cukup mengurai kehilangan,Hanya doa dan kenangan yang menuntun perjalananmu,Bachtiar Basri, kau bukan lagi di sini,Namun hidupmu abadi dala...
Ironinya Negeri Ini

Ironinya Negeri Ini

Puisi dan Cerpen
Ironi Negeri IniBy. Kang WeHaDi negeri yang katanya kaya raya, rakyat masih antre demi sembako di lapak derma. Laut terbentang, sawah menghampar, tapi petani dan nelayan hidupnya makin gentar.Gedung-gedung tinggi mencakar awan, sementara gubuk reyot merapat di pinggiran. Para pejabat sibuk bersolek di layar kaca, rakyat menjerit, suara mereka "tenggelam oleh propaganda.Sekolah megah berdiri di kota, tapi buku dan guru langka di pelosok sana. Kesehatan katanya hak semua, tapi rumah sakit minta biaya yang tak bisa ditera.Bendera merah putih dikibarkan gagah, diiringi janji yang makin hambar dan basah. Katanya merdeka, katanya adil, tapi hukum tajam hanya untuk si miskin yang sulit.Oh negeriku, kau seperti puisi indah yang dilafalkan dusta. Katanya untuk ...
Seribu Warna, Satu Indonesia

Seribu Warna, Satu Indonesia

Puisi dan Cerpen, Seni dan Budaya
Q-KOKO.SITE Karya : Kang WeHa Negeri zamrud khatulistiwa,Hamparan hijau dari sabang hingga merauke,Gunung menjulang, laut membiru,Alam tersenyum dalam damai yang syahdu. Pagi bersinar di atas sawah permai,Burung bernyanyi menyambut mentari,Desiran angin membawa wangi tanah,Tanah airku, surga yang nyata. Budaya berseri dalam ribuan warna,Tarian, lagu, dan bahasa bercampur mesra,Dari Batak hingga Bali, dari Dayak ke Papua,Semua satu dalam pelukan ibu pertiwi. Indonesia, engkau lebih dari kata,Engkau rasa, engkau cinta,Selamanya dalam dada,Kau adalah rumah—tempat jiwa pulang jua.