
“Panggung Pembangunan”
Karya : Kang WeHa
Di atas panggung beton dan janji,
pemerintah bersuara lantang—bernyanyi.
Tentang jalan yang dibangun menuju mimpi,
tentang jembatan harapan yang akan berdiri.
Namun layar kaca hanya menayangkan sisi terang,
sedang bayang-bayang tersembunyi di ruang
bernama rapat, berkas, dan anggaran hilang,
di mana angka-angka menari tanpa penjelasan yang terang.
Besti, kau tahu?
Kita disuguhi poster warna-warni
tentang rumah sakit yang katanya hampir jadi,
meski temboknya masih dihuni mimpi.
Air bersih dijanjikan,
tapi pipa-pipa hanya menghantar angin,
sementara tangan rakyat tetap menengadah,
menyaring hujan yang turun dari langit miskin.
Taman kota diresmikan dengan gunting pita,
di mana bunga-bunga plastik tersenyum pura-pura,
dan di bawahnya, rumput anggaran tumbuh tak tentu,
disiram oleh air mata yang tak masuk berita.
Transparansi—ah, kata itu indah di pidato,
tapi samar seperti embun di kaca jendela biro.
Kita disuruh percaya,
tapi tak pernah diajak melihat bersama.
Lalu pembangunan pun selesai—di atas kertas,
sementara rakyat tetap berjalan tanpa alas.
Dan sang pejabat kembali berpose di depan kamera,
mengumbar janji baru dengan senyum lama.